Kamis, 28 Februari 2008

KISAH DARI TOLPING & PANGURURAN

LEGENDA DAN SEJARAH SILAHI SABUNGAN
Kisah marga Silalahi di Tolping dan Pangururan, Samosir.

( Waldemar Hutagalung, Buku : Pustaha Tarigot Tarombo ni bangso Batak ,1926.
“ ……..di Pangururan, Busokraja adalah putera sulung Sinabang. Bursokraja kemudian membuat namanya Ompu Sinabang dan kemudian hari menjadi Ompu Lahisabungan “ . Karena nama ini, ia kemudian diusir dari Silalahi Nabolak …… ).


Debangraja, alias Sidebang, alias Sinabang menikahi Panamean boru Sagala . Dari pernikahan ini mereka mempunyai 4 (empat) orang anak laki – laki. Sampai dewasa ke-empat anak ini belum dibuat namanya sehingga selalu dipanggil “si bursok” (nama panggilan kepada anak laki-laki, alias ucok). Seringkali ketika orangtuanya atau temannya memanggil “bursok” alhasil mereka akan bersamaan menjawab, sehingga mereka terkadang merasa malu dan kesal.

Pada suatu ketika anak sulung Sinabang mengusulkan suatu perjanjian dengan ketiga adiknya, untuk memilih nama bagi mereka masing-masing – namun tanpa se pengetahuan orangtua mereka- dan mereka berjanji bila siapa di antara mereka yang membocorkan rahasia ini kepada orangtua mereka, maka ajab sumpah serapah “kesengsaraan” akan menimpa sepanjang hidupnya.

Anak sulung memilih nama Ompu Sinabang. Awalnya ketiga adik tidak setuju nama itu, karena tidak sepantasnya. Anak kedua memilih namanya: Si Ari, anak ketiga memilih namanya Si Taon, anak keempat memilih namanya Si Sidung.

Pada malam harinya sewaktu mau makan, Ompu Sinabang pura – pura sibuk bermain dihalaman rumah. Makanan telah siap, Debangraja kemudian menyuruh anaknya yang ke-2 memanggil abangnya untuk makan bersama. Dengan polosnya Si Ari lalu memanggil : ” Ompu Sinabang , ayo kita makan “, katanya. Debangraja semakin kaget lagi ketiga kedua anaknya yang lain juga memanggil nama yang sama kepada kakaknya, yaitu “ Ompu Sinabang “.

Dengan marahnya Debangraja kemudian mengumpulkan anak-anaknya dan mennay mengapa anak sulungnya sampai memiliki nama Ompu Sinabang. Julukan Ompu Sinabang adalah julukan bagi ayah dari Debangraja sendiri. Meski demikian, Ompu Sinabang menjawab bahwa ia sendiri memilih nama itu untuknya dan tanpa maksud tertentu yang lain.

Debangraja memaksa untuk mengganti nama Ompu Sinabang sekaligus memberi ancaman, jika tidak diganti maka Ompu Sinabang tidak akan di akui lagi sebagai anak Debangraja. Namun karena telah terlanjur bersumpah, maka Ompu Sinabang lebih memilih meninggalkan orangtua dan adik-adiknya daripada harus menerima ajab sumpah serapah. Dan sejak saat itu pula Debangraja mengusirnya dari hadapannya dan tidak pernah mengakui Ompu Sinabang sebagai anaknya lagi. Demikian juga dengan Ompu Sinabang telah berjanji, bahwa ia akan menyembunyikan asal-usulnya kepada keturnannya kelak dan tidak akan pernah kembali atau mengingat Silalahi Nabolak lagi.

Ompu Sinabang berjalan menyusuri tepian Danau Silalahi dan ia akhirnya tiba di Pangururan, pulau Samosir . Di Pangururan, Ompu Sinabang mendengar seorang puteri Raja Simbolon yang elok rupawan, yang pandai berpantun dan teka–teki. Ompu Sinabang kemudian pergi menjumpai puteri Raja Simbolon yang sedang bertenun. Setelah berbala-balasan pantun akhirnya sang putrid memberitahu namanya adalah Rumondang Sindarmataniari. Ompu Sinabang pun lalu memperkenalkan diri bahwa ia adalah cucu dari Silahisabungan, yang disegani di tanah Batak. Singkat cerita, akhirnya mereka menikah di Pangururan.

Berulangkali putri Rumondang Sindar mataniari boru Simbolon mengajak Ompu Sinabang untuk menjeguk mertua di Silalahi Nabolak, namun berulangkali juga Ompu Sinabang berhasil mengurungkan niat istrinya dengan berbagai alasan. Suatu hari, Ompu Sinabang meminta ijin kepada isterinya untuk pergi ke Balige menemui Hahadoli-nya disana, Raja Bunga-bunga alias Siraja Parmahan putra Sondiraja dari Silalahi Nabolak yang telah diangkat menjadi Anak oleh Tuan Sihubil – anak Sibagot Nipohan - di Balige.

Dalam perjalanan ke Balige, Ompu Sinabang kemudian tiba di Muara, Toba. Disana tengah terjadi perang diantara Toga Sianturi- marga Simatupang dengan pihak lain. Setelah Toga Sianturi berkenalan dengan Ompu Sinabang dan mengetahui bahwa ia adalah cucu Raja Silahisabungan yang kesohor “sakti”, maka Toga Sianturi meminta bantuan Ompu Sinabang sebagai panglima perang. Mendengar panglima perang Toga Sianturi adalah keturunan Raja Silahisabungan, musuh merekapun akhirnya lari ketakutan meninggalkan Muara. Karena jasa Ompu Sinabang dan untuk menjaga keamanan negeri, Toga Sianturi menikahkan putrinya Siboru Anting Haomasan dengan Ompu Sinabang.

Siboru Anting Haomason kemudian juga meminta agar segera menemui mertuanya di Silalahi Nabolak. Akhirnya dengan terpaksa mereka harus berangkat menuju Silalahi Nabolak melalui Tao Lontung untuk menjauh dari Pangururan. Ketika mereka berlayar di Tao Ambarita, Ompu Sinabang melihat ada orang melambai-lambaikan tangan (manghilap ) seakan – akan memanggil supaya mereka berlabuh ke Ambarita. Rupanya penduduk negeri yang bermaksud mengadakan Horja Sakti Mangalahat Horbo di Bius Ambarita.

Setelah penduduk Ambarita yang terdiri dri marga Sidabutar, Siallagan dan Rumahorbo (keturunan Nai Ambaton) beserta marga Manik keturunan Silauraja berkenalan dengan Ompu Sinabang, maka mereka menyarankan agar Ompu Sinabang sertamerta ikut berpesta mengingat Ompu Sinabang memperisterikan boru Simbolon yang masih keturunan Nai Ambaton juga. Ompu Sinabang kemudian pergi ke Pangururan untuk menjemput isterinya Rumondang Sindar mataniari boru Simbolon. Pada Horja sakti manghalat horbo di Ambarita itu kemudian Ompu Sinabang diangkat sebagai Rajani Boru bersama marga Manik di Bius Ambarita. Sebagai pemberian Raja Bius di Ambarita kepada Rajani Boru - Ompu Sinabang - adalah sebidang tanah di huta Tolping. Mereka akhirnya menempati dan membangun pemukiman tempat tinggal mereka di huta Tolping. Kedua isterinya kemudian melahirkan masing-masing anak laki-laki, di Tolping dan Pangururan.
Anak dari Ompu Sinabang di Tolping di sebut juga Partada dengan marga Silalahi atau disebut juga Silalahi Partada (bukan Silalahi Raja). Sedangkan anak Ompu Sinabang di Pangururan di sebut juga Si Pantang dengan memakai marga Silalahi juga dikenal dengan Silalahi Sipantang.


Bius Tolping – Marga Silalahi di Tolping , Samosir.

Setelah keturunan Partada semakin waktu semakin banyak di Tolping, dan pada kemudian hari keturunan Silahi Sabungan dari Silalahi Nabolak sudah ada merantau ke Tolping dengan memakai marga Silalahi juga. Alhasil keturunan marga Silalahi semakin banyak banyak di Tolping dan kemudian marga Silalahi memisahkan diri (manjae) dari Bius Ambarita dengan membagun bius sendiri di huta Tolping, yang di sebut Bius Tolping.

Raja Bius dalam Bius Tolping adalah :

1. Pande Bona Niari marga Silahoho dari Sibisa
2. Pande Nabolon marga Silalahi dari Sibisa
3. Raja Panuturi marga Silalahi keturunan Partada dari Tolping.
4. Raja Panullang marga Sigiro dari Buhit.

Dengan terbentuknya Bius Tolping, maka tanah keturunan Raja Silahisabungan di pulau Samosir sijuluki : “ tano so magotap sian Parbaba sahat tu Tolping.”

** ) Sihaloho,J
Buku Memori Raja Silahi Sabungan, Tumaras ( hal. 91-98 )

**) Waldemar Hutagalung, Tarombo Siraja Batak.
Tarombo Online, Cyber Hermegram Development, Website.
Richard Sinaga, Drs. – Leluhur marga-marga Batak , 1997

>> tidak mencantumkan Bursokraja dalam keturunan Debangraja akibat sumpah Debangraja…
telah tidak mengakui Bursokraja sebagai keturunannya.

** ) Lebih lanjut keberadaan keturunan Silalahi Sipantang di Pangururan tidak diketahui lagi.

Tidak ada komentar: